Tak terasa, Idul Adha sebentar
lagi! Euforia berkurban dan menikmati hidangan lezat olahan daging sapi atau
kambing pasti sudah terbayang-bayang. Sate, gulai, rendang, sop, dan aneka masakan
daging lainnya akan memenuhi meja makan kita. Rasanya pasti nikmat.
Namun, di tengah
kemeriahan dan kenikmatan ini, ada satu "tamu tak diundang" yang
kerap muncul setelah mengonsumsi daging berlebihan: asam urat. Jempol
kaki tiba-tiba bengkak, nyeri menusuk, dan panas yang tak tertahankan bisa jadi
pertanda kadar asam urat melonjak. Duh, jangan sampai momen kebersamaan ini
terganggu oleh rasa sakit, ya!
Biasanya kadar asam urat
akan naik ketika seseorang mengonsumsi makanan tinggi purin seperti daging
merah, jeroan dan makanan laut. Sebenarnya sisa metabolisme purin tersebut
seharusnya bisa dibuang oleh ginjal, tapi jika terlalu banyak dapat menumpuk di
sendi dan mengkristal menjadi kristal asam urat sehingga sendi kecil seperti
ibu jari kaki kita menjadi bengkak dan nyeri.
Tapi kenapa yaa tidak
semua orang terkena asam urat? Padahal lebih sering makan daging dibanding
saya?
Ada "Kode Rahasia" di Balik Gen Kita!
Di sinilah peran penting
genetik masuk dalam penyakit asam urat. Tahukah Anda, bahwa tubuh kita memiliki
"cetak biru" unik yang tersimpan dalam DNA, yaitu gen kita? Nah,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada gen-gen tertentu yang bisa
memengaruhi seberapa efisien tubuh kita memproses purin dan membuang asam urat.
Artinya, ada sebagian
orang yang secara genetik memang punya "bakat" atau predisposisi
risiko lebih tinggi untuk terkena asam urat, bahkan dengan konsumsi purin yang
tidak terlalu ekstrem. Ibaratnya, mereka punya sistem pembuangan asam urat yang
mungkin sedikit "lemot" atau sistem produksinya yang
"ngebut" karena faktor genetik.
Untuk mengetahui apakah
kita ‘berbakat’ asam urat dan berapa banyak daging yang boleh kita konsumsi
selanjutnya dapat diketahui dengan pemeriksaan genetik Genmelife