.jpg)
Kanker serviks adalah salah satu kanker yang sebenarnya bisa dicegah sejak dini. Sayangnya, masih banyak hoaks atau informasi menyesatkan yang membuat perempuan takut, ragu, atau menunda langkah penting seperti vaksinasi dan skrining. Padahal, menurut WHO, kanker serviks menempati urutan keempat kanker tersering pada perempuan di dunia. Kejadian kanker serviks menyumbang lebih dari 6% dari seluruh kasus kanker pada wanita dan hampir 12% dari semua kasus kanker di negara dengan tingkat perkembangan rendah. Data ini menunjukkan betapa seriusnya ancaman kanker serviks di dunia.
Namun, ada kabar baik yang membantah anggapan keliru bahwa “pencegahan tidak banyak membantu.” Data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mengungkapkan bahwa antara tahun 2013 hingga 2018, jumlah orang dewasa muda berusia 18–26 tahun yang telah menerima satu atau lebih dosis vaksin HPV meningkat hampir dua kali lipat, dari 22,1% menjadi 39,9%. Lonjakan ini membuktikan bahwa edukasi yang tepat dapat meningkatkan upaya pencegahan, sekaligus mematahkan mitos bahwa vaksin tidak diperlukan.
Sayangnya, di banyak tempat, misinformasi masih kuat mengakar sehingga membuat sebagian perempuan ragu untuk melakukan skrining atau vaksinasi. Untuk itu, penting untuk mengenali mana fakta yang benar dan mana yang keliru. Agar tidak salah langkah, yuk kita bongkar beberapa mitos tentang kanker serviks yang masih sering dipercaya, dan ganti dengan fakta medis yang benar.
Mitos 1: Kanker serviks hanya menyerang wanita yang memiliki banyak pasangan seksual.
Namun faktanya, hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV), dan penularannya bisa terjadi bahkan hanya dengan satu pasangan seksual sepanjang hidup. Risiko infeksi meningkat jika pasangan memiliki riwayat hubungan seksual dengan banyak orang. Infeksi HPV sangat umum terjadi, dan kebanyakan orang yang aktif secara seksual akan terinfeksi setidaknya sekali dalam hidupnya, meskipun seringkali tanpa gejala. Jadi, semua orang yang pernah aktif secara seksual tetap berisiko mengalami kanker serviks.
Mitos 2: Menjaga kebersihan diri sudah cukup untuk mencegah kanker serviks.
Faktanya, kebersihan itu penting, tetapi tidak bisa menghalangi penularan HPV sepenuhnya. HPV menular melalui kontak kulit di area genital, termasuk bagian yang tidak terlindungi oleh kondom. Jadi, risiko kanker serviks tetap ada meski sudah menjaga kebersihan diri dengan baik.
Mitos 3: Kalau sudah vaksin HPV, tidak perlu lagi melakukan skrining.
Faktanya, Vaksin HPV memang sangat membantu, namun tidak melindungi dari semua tipe HPV penyebab kanker. Karena itu, skrining rutin dengan Pap smear atau tes HPV tetap diperlukan sesuai pedoman usia. Deteksi dini bisa mengobati lesi prakanker hampir 100% jika ditemukan sejak dini, dan sebelum berkembang menjadi kanker.
Mitos 4: Kanker serviks adalah penyakit keturunan.
Faktanya, faktor genetik memang dapat meningkatkan risiko sekitar 2–3 kali lipat, tetapi penyebab utama tetap infeksi HPV. Faktor lain seperti merokok, daya tahan tubuh lemah, infeksi menular seksual akibat patogen lain, pola makan buruk, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, dan kehamilan berulang juga bisa meningkatkan risiko.
Mitos 5: Vaksin HPV hanya untuk perempuan.
Faktanya, laki-laki juga dapat terinfeksi dan menularkan HPV serta berisiko mengalami kanker penis, anus, dan kanker orofaring terkait infeksi HPV. Vaksinasi HPV pada laki-laki juga membantu memutus rantai penularan dan melindungi kesehatan pasangan mereka.
Kanker serviks bisa menyerang siapa saja, bahkan mereka yang merasa sehat. Jangan tunggu sampai gejalanya muncul, karena pada tahap awal penyakit ini sering tidak menunjukkan tanda apa pun. Dengan langkah pencegahan seperti vaksinasi HPV, skrining rutin, dan pemeriksaan medis, Anda bisa melindungi diri dan orang yang Anda cintai. Percayakan kesehatan Anda pada KALGen Innolab, yang menyediakan layanan skrining kanker serviks dengan teknologi terkini, akurat, dan nyaman. Deteksi sejak dini, demi masa depan yang bebas dari kanker serviks.
(Keywords: Kanker serviks penyebab, kanker serviks apa, kanker serviks disebabkan oleh, fakta kanker serviks, kanker serviks adalah, mitos kanker serviks, kanker serviks hpv, kanker serviks gejala, kanker serviks karena apa, kanker serviks ciri cirinya, kanker serviks cara mengobati, kanker serviks cara mencegah, kanker serviks cara mengatasi)
Referensi:
Ferrall, L., Lin, K. Y., Roden, R. B., Hung, C. F., & Wu, T. C. (2021). Cervical cancer immunotherapy: facts and hopes. Clinical Cancer Research, 27(18), 4953-4973. https://doi.org/10.1158/1078-0432.CCR-20-2833
Wentzensen, N., & Arbyn, M. (2017). HPV-based cervical cancer screening-facts, fiction, and misperceptions. Preventive medicine, 98, 33-35. https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2016.12.040
Zhang, J., Le, G., Larochelle, D., Pasick, R., Sawaya, G. F., Sarkar, U., & Centola, D. (2019). Facts or stories? How to use social media for cervical cancer prevention: A multi-method study of the effects of sender type and content type on increased message sharing. Preventive medicine, 126, 105751. https://doi.org/10.1016/j.ypmed.2019.105751
.jpg)
.jpg)
.jpg)
.jpg)