Pap smear adalah pemeriksaan sederhana untuk mendeteksi dini kanker serviks. Sayangnya, masih banyak mitos yang beredar dan membuat wanita ragu untuk melakukannya. Berikut adalah 10 mitos dan faktanya agar kamu lebih yakin menjaga kesehatan diri.
1. Mitos: Pap Smear itu Sakit
Fakta: Rasa yang muncul biasanya hanya sedikit tidak nyaman, bukan sakit.
Pemeriksaan Pap Smear hanya berlangsung beberapa menit dan aman dilakukan. Tenaga medis akan melakukan prosedur sesuai dengan SOP, tanpa melukai pasien. Alat berbentuk seperti cocor bebek, yang disebut spekulum, dimasukkan ke dalam dinding vagina agar leher rahim (serviks) dapat terlihat jelas. Kemudian, sampel sel dari serviks akan diambil menggunakan alat seperti sikat halus atau spatula.
2. Mitos: Pap Smear Hanya untuk Wanita yang Sudah Menikah
Fakta: Pap smear disarankan untuk semua wanita yang sudah aktif secara seksual, terlepas dari status pernikahan.
Pasien yang sudah aktif secara seksual memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi HPV (Human Papilloma Virus). HPV Tipe 16 & 18 merupakan tipe ganas, yang kemungkinan dapat menyebabkan kanker serviks. Tujuan pemeriksaan Pap Smear adalah mendeteksi apakah ada sel-sel kanker yang sedang berkembang serviks. Oleh karena itu, pemeriksaan ini disarankan untuk semua wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.
3. Mitos: Kalau tidak ada keluhan, berarti tidak perlu Pap smear
Fakta: Pap Smear disarankan untuk dilakukan rutin, terlepas ada atau tidaknya keluhan.
Banyak wanita berpikir pemeriksaan Pap smear hanya perlu dilakukan jika ada keluhan, misalnya perdarahan tidak normal atau nyeri. Padahal, kanker serviks pada stadium awal seringkali tidak menimbulkan gejala sama sekali. Dengan pemeriksaan rutin, perubahan sel pada leher rahim dapat terdeteksi lebih dini sebelum berkembang menjadi kanker.
4. Mitos: Pap Smear Bikin Mandul karena Merusak Rahim
Fakta: Pap smear hanya mengambil sedikit sampel sel dari leher rahim, tidak mengganggu kesuburan wanita.
Pap smear adalah prosedur sederhana yang hanya mengambil sampel sel dari permukaan leher rahim (serviks) menggunakan alat khusus. Prosedur ini tidak menyentuh bagian dalam rahim, tidak melukai organ reproduksi, tidak mengganggu siklus menstruasi, dan aman dilakukan baik untuk wanita yang sudah memiliki anak dan masih berencana hamil. Pap smear tidak menyebabkan kemandulan.
5. Mitos: Sekali Pap Smear Cukup untuk Seumur Hidup
Fakta: Pemeriksaan harus dilakukan rutin setiap 3 tahun sekali.
Banyak wanita mengira bahwa sekali melakukan Pap smear, berarti sudah aman selamanya. Padahal, anggapan ini keliru. Sel-sel di leher rahim bisa mengalami perubahan kapan saja, sehingga pemeriksaan harus dilakukan secara berkala. Rekomendasi berdasarkan pedoman KEMENKES, Pap smear dilakukan setiap 3 tahun sekali bagi wanita berusia 21–65 tahun, atau lebih sering jika ditemukan faktor risiko tertentu. Pada beberapa kasus, Pap smear juga dapat dikombinasikan dengan tes HPV DNA sehingga interval pemeriksaan bisa lebih panjang, sekitar 5 tahun sekali, namun tetap perlu diawasi sesuai saran dokter.
6. Mitos: Pap Smear bisa Membuat Perdarahan Banyak
Fakta: Kadang ada bercak darah ringan setelah pemeriksaan, tapi itu tidak berbahaya.
Kekhawatiran ini sering muncul karena Pap smear dilakukan dengan mengambil sedikit sampel sel dari permukaan leher rahim. Namun, prosedur ini sangat aman dan tidak menyebabkan perdarahan banyak. Pada sebagian kecil wanita, mungkin akan timbul bercak darah ringan setelah pemeriksaan. Hal ini normal, biasanya hanya berlangsung singkat, dan akan hilang dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan khusus. Bercak darah tersebut bukan tanda bahaya, melainkan reaksi wajar karena adanya gesekan ringan pada permukaan serviks. Pap smear tidak menyebabkan kerusakan organ, tidak menimbulkan luka serius, dan sama sekali tidak membahayakan kesehatan reproduksi.
7. Mitos: Pap Smear bisa Menularkan Infeksi
Fakta: Pap Smear tidak menularkan penyakit.
Anggapan bahwa Pap smear bisa menularkan infeksi sama sekali tidak benar. Dalam setiap prosedur medis, termasuk Pap smear, tenaga medis selalu menggunakan alat yang sudah disterilkan atau sekali pakai untuk memastikan keamanan pasien. Alat yang bersentuhan dengan area kewanitaan sudah melalui proses sterilisasi sesuai standar medis, sehingga risiko penularan penyakit tidak perlu dikhawatirkan. Selain itu, tenaga medis yang melakukan Pap smear juga mengikuti protokol higienis yang ketat, termasuk penggunaan sarung tangan, cairan antiseptik, dan menerapkan teknik pemeriksaan yang benar.
8. Mitos: Pap Smear Sama dengan Tes HPV
Fakta: Pap smear berbeda dengan Tes HPV.
Banyak orang mengira bahwa Pap smear dan tes HPV adalah pemeriksaan yang sama, padahal keduanya berbeda. Pap smear bertujuan untuk memeriksa adanya perubahan atau kelainan pada sel-sel di serviks yang bisa berkembang menjadi kanker serviks. Perubahan sel ini disebut sebagai lesi pra-kanker. Sementara itu, tes HPV DNA digunakan untuk mendeteksi keberadaan virus Human Papillomavirus (HPV), khususnya tipe berisiko tinggi yang menjadi penyebab utama kanker serviks. Kedua pemeriksaan ini tidak saling menggantikan, justru saling melengkapi.
9. Mitos: Wanita yang Sudah Divaksin HPV tidak perlu Pap Smear
Fakta: Wanita yang sudah divaksin masih perlu melakukan Pap Smear.
Vaksin HPV memang memberikan perlindungan yang sangat penting terhadap sebagian besar tipe HPV berisiko tinggi penyebab kanker serviks. Namun, vaksin ini tidak bisa melindungi dari semua jenis HPV. Masih ada kemungkinan infeksi dari tipe HPV lain yang tidak tercakup dalam vaksin, dan infeksi tersebut tetap dapat menyebabkan perubahan sel pada serviks. Karena itu, Pap smear tetap diperlukan meskipun seseorang sudah divaksin.
10. Mitos: Pap Smear Hanya untuk Wanita Usia Tua
Fakta: Rekomendasi dilakukan sejak usia 21 tahun dan sudah aktif secara seksual.
Banyak orang beranggapan bahwa Pap smear baru perlu dilakukan ketika sudah berusia tua, padahal hal ini keliru. Rekomendasi medis menyarankan skrining dimulai sejak usia 21 tahun, meskipun wanita tersebut masih muda dan merasa sehat. Hal ini penting karena kanker serviks dapat muncul pada usia produktif, bahkan sebelum ada gejala yang jelas. Semakin dini pemeriksaan dilakukan, semakin besar peluang perubahan sel dapat terdeteksi sejak awal sehingga penanganannya lebih mudah dan efektif.
Kesimpulan dari KALGen Innolab
Pap smear adalah pemeriksaan penting, sederhana, dan aman untuk mendeteksi dini kanker serviks. Jangan biarkan mitos membuatmu ragu. Kalgen Innolab, menyediakan layanan pemeriksaan Pap smear dan tes HPV DNA dengan teknologi modern dan hasil terpercaya. Lindungi kesehatanmu mulai sekarang, karena deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa.
Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. (2021, August 17). Cervical cancer screening. U.S. Department of Health & Human Services. https://www.cdc.gov/cancer/cervical/basic_info/screening.htm
International Agency for Research on Cancer. (2020). Cervical cancer screening. World Health Organization. https://screening.iarc.fr/cervicalindex.php
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Pedoman teknis pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Mayo Clinic. (2022, March 24). Pap smear: Why it’s done. Mayo Foundation for Medical Education and Research. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/pap-smear/about/pac-20394841
National Cancer Institute. (2022, May 5). HPV and Pap test. U.S. National Institutes of Health. https://www.cancer.gov/types/cervical/hp/ctd/what-is-pap-test-hpv-test
Perkins, R. B., Guido, R. S., Castle, P. E., Chelmow, D., Einstein, M. H., Garcia, F., Huh, W. K., Kim, J. J., Moscicki, A. B., Nayar, R., Saraiya, M., Sawaya, G. F., Wentzensen, N., Spitzer, M., & Schiffman, M. (2020). 2019 ASCCP risk-based management consensus guidelines for abnormal cervical cancer screening tests and cancer precursors. Journal of Lower Genital Tract Disease, 24(2), 102–131. https://doi.org/10.1097/LGT.0000000000000525