Event

Yuk Bedah Mitos dan Fakta Mengenai Kanker Kolorektal

KALGen Academia Team
16 May 2025
Bagikan
Share to Facebook Share to Twitter Share to Whatsapp

Kanker kolorektal (usus besar dan rektum) termasuk salah satu kanker paling umum di Indonesia dan dunia. Sayangnya, banyak mitos yang beredar menghambat upaya pencegahan dan deteksi dini. Padahal, deteksi sejak stadium awal meningkatkan peluang kesembuhan hingga 90%! Artikel ini akan membongkar 5 mitos populer sekaligus mengungkap fakta medis terkini, dilengkapi data penelitian dan solusi skrining efektif dari KALGen Innolab.

 

Mitos 1: Kanker Kolorektal Hanya Menyerang Lansia

Fakta: Kasus Usia Muda Meningkat Tajam!   
Banyak yang mengira kanker kolorektal hanya dialami lansia. Faktanya, studi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (2022) menunjukkan 38,1% pasien di Indonesia berusia di bawah 50 tahun. Peningkatan kasus pada kelompok muda (di bawah 50 tahun) bahkan mencapai 9,24% per tahun, lebih tinggi daripada lansia (2,38%). WHO juga melaporkan 10-12% kasus global terjadi pada usia muda.


Apa yang harus dilakukan?

  • Skrining rutin disarankan mulai usia 45 tahun, terutama jika ada riwayat keluarga.
  • Waspadai gejala seperti perubahan pola BAB atau darah dalam tinja, meski usia masih muda.

 

Mitos 2: Tidak Ada Gejala Berarti Aman dari Kanker

Fakta: 50% Pasien Stadium Awal Tidak Bergejala!  
Kanker kolorektal sering disebut "silent killer" karena gejala seperti penurunan berat badan atau anemia baru muncul saat stadium lanjut. Penelitian di Semarang (2021) membuktikan 16,7% peserta skrining memiliki hasil FOBT positif, dan 19,2% di antaranya terdiagnosis kanker setelah kolonoskopi.


Solusi Deteksi Dini:

  • Lakukan tes fecal occult blood (FOBT) atau kolonoskopi secara berkala.
  • Jangan tunggu gejala! Skrining rutin adalah kunci menemukan kanker sebelum berkembang.

 

Mitos 3: Kanker Kolorektal Tidak Bisa Dicegah

Fakta: Risiko Bisa Diturunkan Hingga 50%!  
Faktor gaya hidup memegang peran besar. Konsumsi serat tinggi, olahraga teratur, dan menghindari daging olahan (sosis, bacon) terbukti mengurangi risiko. Data dari Semarang (2023) menyebut 26,9% peserta skrining memiliki polip prakanker yang berhasil diangkat sebelum menjadi ganas.


Tips Pencegahan:

  • Perbanyak sayur, buah, dan biji-bijian.
  • Batasi konsumsi daging merah dan alkohol.
  • Rutin skrining, terutama jika memiliki faktor risiko obesitas atau diabetes.

 

Mitos 4: Hanya Pria yang Berisiko

Fakta: Wanita Juga Rentan!       
Meski pria lebih dominan (rasio 1,21:1), wanita tetap berisiko. Data Alaska Regional Hospital (2024) menunjukkan risiko seumur hidup 1:23 untuk pria dan 1:26 untuk wanita. Di Indonesia, 66,1% peserta skrining adalah perempuan, menunjukkan pentingnya edukasi pada semua gender.

 

Mitos 5: Faktor Keturunan adalah Penyebab Utama

Fakta: Gaya Hidup Lebih Berpengaruh!         
Hanya 30-35% kasus terkait riwayat keluarga. Faktor utama di Asia adalah obesitas (risiko 10,9x lebih tinggi) dan pola makan rendah serat. WHO (2023) menegaskan 54% kasus global dipicu lingkungan dan gaya hidup tidak sehat.

 

Deteksi Dini dengan KALGen Innolab: Solusi Tepat untuk Hasil Akurat

KALGen Innolab menawarkan teknologi terkini seperti tes biomolekuler dan analisis genetik untuk mendeteksi perubahan prakanker sejak dini. Dengan konsultasi ahli onkologi, Anda bisa memantau risiko secara personalisasi.


Keuntungan Skrining di KALGen Innolab:

  • Deteksi biomarker spesifik kanker kolorektal.
  • Proses cepat dan nyaman.
  • Rekomendasi pencegahan berbasis hasil tes.


Jangan tunda! Jadwalkan skrining Anda sekarang dan dapatkan penanganan optimal sebelum gejala muncul.


Sumber Artikel:

  1. WHO: Colorectal Cancer
  2. PLOS ONE: Colorectal Cancer Screening in Semarang (2023)
  3. BMJ Open: Analysing CRC Trends in Indonesia (2022)
  4. Alaska Regional Hospital: Debunking CRC Myths (2024)
  5. Colorectal Cancer Alliance: Five CRC Myths (2023)
  6. Parkway Cancer Centre: 3 Fakta & Mitos Kanker Usus Besar (Kolorektal, Usus)

 

LOADING ...